cerita tentang anak seorang perempuan

Gw jarang mengapresiasi sebuah karya berupa puisi [tapi gw gemar membacanya dan mengagumi keindahan rangkaian kata-nya] karena menurut gw puisi itu karya yang sifatnya cenderung personal. Dan orang yang paling tahu sekali arti puisi itu ya tak lain tak bukan adalah penciptanya sendiri. –gw juga suka bikin puisi si…, tapi hasil akhirnya pasti kayak bahasa urdu yang susye dimengerti… –sweeh.

Biasanya gw juga jarang berkomentar tentang arti dari puisi karena takut salah persepsi. Tapi gw tahu beberapa puisi yang [menurut gw] cukup ajaib di dibaca dan direnungi pesan karyanya. Salah satunya adalah karya Joko Pinurbo berjudul Anak Seorang Perempuan. Puisi ini gw tahu pertama kali, muncul dalam kutipan di novel Biru punya Fira Basuki [yang menurut gw oke sekali ceritanya —puisi dan novelnya] karena melebur dengan alur yang udah ada.

Terinspirasi dari kawan gw si Mutonk yang lagi doyan ama Sapardi Djoko Darmono, lalu Moenipu yang tiba tiba kemaren nanya gw tentang puisi Joko Pinurbo ini, juga si Abin yang gw suruh nanya ke kawannya yang kebetulan suka banget ama karya sastra, akhirnya gw temukan hasil manuscript yang karyanya gak kalah hebat ama naskah hasil ketikan Sayuti Melik. —dang.

:

ANAK SEORANG PEREMPUAN

Hingga dewasa saya tak pernah tahu saya ini sebenarnya anak siapa. Sejak lahir saya diasuh dan dibesarkan Ibu tanpa kehadiran seorang lelaki yang biasa disebut ayah. Ibu pernah mengaku bahwa dulu ia memang suka kencan dengan banyak lelaki, tapi tak bisa memastikan benih lelaki mana yang tercetak di rahimnya, kemudian terbit menjadi saya.

Ibu tak pernah menyebut dirinya perempuan jalang, dan bagi anak seperti saya yang mengalami kelembutan cinta seorang ibu soal itu toh tidak penting-penting amat. Dan ketika seorang teman penyair iseng-iseng bertanya apakah saya ini buah cinta sejati atau cinta birahi, hasil hubungan terang atau hubungan gelap, saya menganggap dia bukanlah pernyair cerdas. Justru Ibu yang bukan penyair pernah bertanya, “Kau, penyairku, apakah kau tahu pasti asal-usul benih yang tumbuh dalam kata-katamu?”

Sudah ada beberapa lelaki misterius yang mengaku-ngaku sebagai ayah saya. Masing-masing menyatakan perihal cintanya yang tulus kepada wanita yang kemudian melahirkan saya. Mereka juga merasa bangga terhadap saya. Sayang, saya tak membutuhkan pahlawan kesiangan. Lagi pula, saya lebih suka membiarkan diri saya tetap menjadi milik rahasia.

Kini ibu saya yang cerdas terbaring sakit. Kondisi tubuhnya makin hari makin lemah. Dalam sakitnya ia sering minta dibacakan sajak-sajak saya dan kadang ia mendengarkannya dengan mata berkaca-kaca. Entah mengapa, beberapa saat sebelum beliau wafat saya sempat lancang bertanya: saya ini sebenarnya anak siapa? Saya bayangkan ibu yang penyayang itu akan hancur hatinya. Tapi, sambil mengelus kepala saya, ia menjawab hangat: “Anak seorang perempuan!”

Joko Pinurbo; 2002

Gw trenyuh tiap bacanya… sedih kali sih… bukan tipikal puisi yang bisa dideklamasi dengan ekspresi ekspresi berlebihan itu emang… tapi cukup dibaca Dian Sastro… pasti tiap yang denger langsung lumer teler… –byur…

Andai tiba tiba suatu saat gw kesambit jin ifrid lalu bilang ke emak gw tercinta kata kata sang anak di puisi diatas… “Bund… sebenernya gw ini anak siapa…?” —jedeeeerr… beeeeehhh gak akan kebayang dengan adegan akhirnya dimana emak gw yang cungkring itu langsung nyekek gw sambil mukul mukul wajan secara histeris… [errr… mari jangan dibayangkan]

Bukan mau sekedar ikutan dalam rangka Hari Kartini aja ya,… Gw sungguh benar menghormati wanita karena gw adalah salah satu contoh makhluk hidup yang juga lahir dari salah satu rahimnya… [beberapa bilang kalo gw emang menetas dari batu… tapi untuk sementara legenda itu jangan dipercaya]… walau dalam hati tetep rada rada protes kenapa beberapa kartini yang tersisa, semangat serakahnya menggila dan menjadi luar binasa ngerinya. Maunya disamakan sana sini…–beeuuh, yaah.. emang bagus si era emansipasi… tapi jangan lupa kodrat awal lah… Masak, Macak, lan Manak… –memasak, berdandan, lalu bikin anak [klise… –padahal gw cuma takut kalah saingan.. hahah.. ketawa pait]

Gw bukannya anti Hari Kartini… dan mau menggugat seperti beberapa orang yang mempertanyakan, kenapa harus Kartini? Kenapah? Kenapaah? —diucapkan tiga kali untuk menekankan kata “Kenapaaa?”… Banyak wanita wanita hebat dimasanya yang juga punya jasa yang gak kalah hebringnya… tapi… namanya juga Indonesia… butuh simbol… butuh figur… jadi suatu saat toh bakal tetep akan ada yang ngehujat –siapapun- dia tokohnya… Jadi gw tetep menghormati pahlawan emansipasi yang legendaris ini. Karena tanpa dia… Emak gw gak akan lulus SMA dan punya pekerjaan yang [mungkin] lebih baik dibanding jika bukan lulusan apa apa.

Selamat Hari Kartini, everybodyyy… Untuk para wanita wanita tangguh dengan tanggung jawab tinggi yang saya hormati.. juga untuk para wanita wanita WIP (work in process) yang belom jadi 🙂 … hohiohoh… juga untuk para lelaki lelaki dan suami pendamping istri istri…

abund-ku tercinta... betapa gw sangat merindukan kebiadabanmu saat ini.. duh... kangen... (T_T)

Satu yang pasti… saya mengenal satu kartini hebat di muka bumi ini dari sosok seorang ibu… istri seorang suami dengan ketangguhan yang sangat tinggi. Yang membuktikan bahwa ternyata seorang wanita berlabel perkasa tidak perlu berbibir tipis merona, berbaju zirah baja, dengan rambut disasak setinggi menara… cukup wanita yang mengerti bagaimana membuat keluarganya bahagia…

Jangan ditanya seberapa bangga saya menjadi anak dari seorang perempuan seperti anda, ibunda tercinta… Karena satuannya sungguh tak terhingga…

I love you mom… always… a lot… (tisu?)

Okit Jr.

25 thoughts on “cerita tentang anak seorang perempuan

  1. puisi bentuke ndak wajar.
    endingnya tapi muanisss jeeess. kelingan ndisik pas dulin dek omahmu ngomong kok saut-sautan. bekh. sungguh keluarga yang aneh. (gedeg-gedeg)

  2. iks… nice post bro 😦

    begitulah wanita , dalam kelembutan dan mungkin kebiadabannya dia adalah wonder women….
    ketika kau lelaku berpikir dengan logika yang tidak berperasa , maka wanita akan berada disampingmu … berpikir menggunakan hati …

    itulah wanita… banyak cerita tentang hebadnya wanita…

    dan aku juga bangga menjadi anak seorang perempuan… -miss u my mom – iks…

  3. aq gak ngerti tentang keindahan puisi..tp mungkin pas dideklamasiin bisa ketahuan gimana indahnya. deklamasi puisi yg paling aku suka pas liat tamara blesinsky deklamasiin puisi yg judulnya baiduri bulan di tv, udah nyari-nyari tapi gak ktemu manuskripnya…

    bdw seneng ngebayangin gimana hebohnya kluarga kalian, ada kamu aja dah heboh, ni masih ditambah abund-mu…

    • perez…
      terharu…
      –naluri lakhnat ini tidak turun dari silsilah keluarga..
      mereka adalah makhluk makhluk yang sopan tapi tetap hangat kalau kau mengunjunginya…

      lain kali..
      main mainlah kau ke lapak kami..
      akan kami suguhi tarian tarian khas serta makanan yang sudah dijampi jampi…

  4. terharu kit karena gw sudah menginspirasi lo 😀

    “juga untuk para wanita wanita WIP (work in process) yang belom jadi ” -> gw termasuk di dalamnya? elo? hihihi

    aaah… gw suka terharu ngeliat betapa sayangnya elo sama abund dan abah lo sedangkan gw sendiri susah banget ngungkapin itu ke ortu gw. mesti belajar banyak dari elo ya kit… 🙂

    • terharu tong karena gw sudah menginspirasi lo :))
      –seperti permainan mengulang kalimat.

      WIP itu (woman in process)… kita kan masih gadis gadis…
      belom jadi wanita seutuhnya…
      –okey.. sudah saatnya elu membangunkan gw saat ini..

  5. suka banget ama puisinya joko pinurbo ini ki’… endingnya bener2 nancep, jlep T.T

    tiba2 kmrn kesambet jin iprid dan inget puisi indah yang dulu kita pasang di web bepeonline [entah bisa disebut web ato gak!]…

    beuughh, ga kebayang klo joko pinurbo tau puisinya dipasang di itu web… aib seumur idup, sama nasibnya kayak aishwarya & amiir khan. LOL

  6. ah abang devdas…
    daripada mabuk-mabukkan ayok joged-jogedan aja, boleeee chudiyyaaaann boleee ga genaaahh…
    –tariiiikk maaang–

    • bawa lilin hujan hujan…
      –ngelap ingus…

      iya..
      mari kita petan… –halah
      :))

      rasanya kangen melakukan hal hal gila bersama para perempuan ini… hohoho…

    • looh… bukannya lagu wajib kita itu lagunya katon ama ruth sahanaya…?

      –rindu.. mengapa rindu hatiku.. tiada tertaaahaaan… kau tinggalkan.. daku seoooraaang…

      —riuh tepuk tangan–

      • pulang ke kotamu…..nana…na…na….

        opo sing iki…-eh salah yo, iki mek katon tok ya 😀

        -letakkanlah tanganmu diatas bahumu…..- nana..du..du… 😆
        iki yoh…

        kapanlagi kita nyanyi bersama ….a a…a ???

        -orang sestadion angkt pantant –

Tinggalkan Balasan ke sayPhya Batalkan balasan